Mengenal Vaksin Sinovac, Benarkah Aman Untuk Digunakan?
Sinovac, perusahaan obat asal China, mengembangkan vaksin virus corona baru bernama CoronaVac atau yang lebih banyak mudah dikenal sebagai vaksin Sinovac. Vaksin tersebut adalah salah satu jenis vaksin corona yang akan digunakan di Indonesia.
Vaksin Sinovac menggunakan metode inactivated untuk mematikan virus, sehingga vaksin virus corona mereka tidak mengandung virus hidup atau yang dilemahkan. Sinovac telah melakukan tahap uji klinis untuk memastikan keamanannya. Seperti beberapa vaksin lainnya, CoronaVac yang dilabeli dari vaksin Sinovac diberikan dalam dua suntikan, dengan jarak 14 hari. CoronaVac bekerja dengan membuat antibodi untuk melawan virus corona SARS-CoV-2. Antibodi menempel pada protein virus.
Vaksinasi COVID-19 di Brasil, contohnya, rencananya dimulai pada 25 Januari. Sebelumnya, para peneliti di Brasil menunda merilis data lengkap tentang CoronaVac pada akhir Desember, hanya mengatakan bahwa efektivitas lebih dari 50 persen efektif. Sekretaris Kesehatan negara bagian Sao Paulo Jean Gorinchteyn kemudian mengatakan vaksin Corona tersebut tidak mencapai kemanjuran 90 persen. Sementara di Turki, efektivitas disebut mencapai 91,25 persen, meskipun itu hanya didasarkan pada 29 kasus.
Baca juga : Terapi Ozon untuk Covid19
Dirangkum dari New York Times, berikut 6 cara kerja vaksin Sinovac:
Terbuat dari virus Corona
Untuk membuat CoronaVac, para peneliti memulainya dengan mengambil sampel virus corona dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss. Satu sampel dari China akhirnya menjadi dasar pembuatan vaksin.
Menonaktifkan virus corona
Para peneliti melakukan kulturisasi virus corona di sel ginjal monyet. Kemudian, mereka menonaktifkan virus dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolakton. Virus corona yang tidak aktif tidak bisa lagi bereplikasi, tetapi protein tetap dipertahankan. Para peneliti kemudian mengambil virus yang tidak aktif tersebut dan mencampurkannya dengan sejumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Adjuvan merangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan responsnya terhadap vaksin.
Mendorong respons kekebalan tubuh
Karena virus corona di vaksin Sinovac sudah mati, maka bisa disuntikkan ke tubuh manusia tanpa menyebabkan Covid-19, meskipun dalam beberapa kasus dengan persentase rendah, akan memicu reaksi kekebalan tubuh seperti demam. Begitu masuk ke dalam tubuh, beberapa virus yang tidak aktif ditelan oleh sejenis sel kekebalan yang disebut sel pembawa antigen. Sel yang membawa antigen merobek virus corona dan memunculkan beberapa fragmen di permukaannya. Lalu, sel T dalam tubuh mendeteksi fragmen tersebut. Jika fragmen cocok dengan salah satu protein sel, sel T menjadi aktif dan dapat membantu merekrut sel kekebalan lain untuk merespons vaksin.
Membuat antibodi
Sel B sebagai salah satu sel kekebalan tubuh juga dapat menghadapi virus corona yang tidak aktif. Sel B memiliki protein dalam berbagai bentuk, dan beberapa mungkin memiliki bentuk yang tepat untuk menempel pada virus corona. Ketika sel B terkunci, ia dapat menarik sebagian atau seluruh virus dan menampilkan fragmen virus corona di permukaannya. Sel T membantu mencocokkan fragmen dengan sel B. Jika sesuai, sel B juga diaktifkan, berkembang biak, dan mengeluarkan antibodi untuk melawan virus corona.
Menghentikan virus
Setelah divaksinasi dengan vaksin Sinovac, sistem kekebalan tubuh dapat merespons infeksi virus corona hidup. Sel B menghasilkan antibodi yang menempel pada virus corona dan mencegah virus memasuki sel karena menganggapnya sebagai benda asing yang dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Mengingat virus
Setelah divaksinasi, sistem kekebalan tubuh memiliki sel memori mungkin menyimpan informasi tentang virus corona selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa dekade. Sel memori ini membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengingat mekanisme perlawanan terhadap virus Corona.