Mengenal Anemia, Kelainan Darah Yang Sering Diremehkan
Lesu, lemas, tidak bertenaga? Mungkin anda menderita Anemia. Begitu seperti iklan di televisi. Iklan tersebut mungkin saja terjadi, apalagi banyak penderitanya di Indonesia, terutama wanita.
Sebenarnya apa itu anemia? Orang sering mencampur-adukan antara kurang darah dengan darah rendah. Yang dimaksud dengan darah rendah adalah orang yang tekanan darahnya rendah atau hipotensi. Sedangkan anemia adalah kurang hemoglobin darah. Anemia banyak macamnya, tapi yang paling sering adalah anemia karena kurangnya zat besi. Hal ini membuat sel-sel darah merah dalam tubuh kita atau hemoglobin (Hb) yang membawa oksigen darah berkurang dari batas normal. Wanita rentan mengalami anemia karena setiap bulannya wanita harus kehilangan darah saat menstruasi. Untuk menghindari anemia, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi sekitar 6 mg untuk balita hingga 30 mg untuk wanita hamil. Keadaan tertentu seperti hamil. Menyusui, kehilangan darah pada saluran pencernaan (misalnya karena luka lambung atau kanker) dapat menghabiskan simpanan zat besi tubuh kita.
Anemia jenis lainnya seperti anemi asam folat yang disebabkan karena kadar asam folat dalam tubuh kita kurang : anemia pernisiosa, yaitu tubuh kurang mampu menyerap vitamin B12, anemia sel sabit yang merupakan suatu kelainan bawaan.
Sebuah penelitian di King College, London, menemukan hubungan yang penting antara tingkat hemoglobin darah dengan performa mental yang buruk. Mereka mendapatkan bahwa gadis-gadis yang menderita kekurangan zat besi kemungkinan juga memiliki IQ rendah.
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel-sel darah merah yang memainkan peran vital dalam mengangkut oksigen ke seluruh jariingan tubuh. Zat besi merupakan komponen esensial dari hemoglobin. Tanpa persediaan zat besi yang cukup dalam diet akan menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel-sel darah merah dalam jumlah yang cukup. Pada kasus yang serius, hal ini menyebabkan anemia. Gejala anemia antara lain berupa lemah, lesu, kerapuhan kuku, pucat serta kehilangan selera makan. Penelitian ini difokuskan kepada para murid perempuan berusia 11 hingga 18 tahun di sebuah sekolah yang terletak di London Utara. Sebanyak 152 gadis remaja memberikan contoh darah mereka dan informasi mengenai diet yang mereka jalani. Mereka juga mengikuti tes performa mental yang secara teknis dikenal sebagai fungsi kognitif. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa gadis-gadis yang kekurangan zat besi hingga yang menderita anemia, memiliki IQ yang rendah.
Hasil kerja para peneliti yang dipimpin oleh Dr. Michael Nelson dan dipublikasikan dalam catatan the Nutrition Society, menyebutkan bahwa mereka menyimpulkan diet dan status zat besi memiliki peranan penting dalam menentukan fungsi kognitif seseorang. Perbedaan fungsi kognitif ini memiliki konsekuensi penting yang berhubungan dengan kemampuan dan pencapaian akademis.
Dr. Nelson juga mengatakan mungkin tingkat hemoglobin yang rendah berhubungan dengan persediaan oksigen ke otak berkurang. Ini berarti otak tidak dapat berfungsi secara maksimal. Bagaimanapun, sejumlah enzim yang mengendalikan transmisi sinyal dalam otak juga bergantung pad azat besi agar dapat berfungsi dengan baik.
Orang-orang yang menderita kekurangan zat besi harus mengonsumsi makanan yang mengandung bantak sayuran berdaun hijau, daging merah tidak berlemak, kacang-kacangan dan buah-buahan. Mereka juga harus mengonsumsi sumber vitamin C lainnya yang terdapat dalam setiap makanan guna membantu penyerapan zat besi.